dibawah ini daftar 3 kebodohan yang terparah yang sudah saya
lakukan sepanjang bulan Desember, dan satu diantaranya adalah hasil
keberuntungan saja saya bisa selamat.
1.
pegang
lampu teplok di angkringan kang Ramto;
kejadian ini bermula saat saya dan salah seorang kawan yang bernama Pita
dilanda kelaparan dan kedinginan hebat saat sedang sibuk di natas (aslinya dia
yang sibuk sih, saya cuma guling-guling aja gak ada kerjaan dan hasrat iseng
saya sedang berada dalam level terendah). kami berdua langsung merapatkan diri
di angkringan depan kampus yang tersohor dengan nama angkringan kang ramto.
setelah memberi nafkah pada perut yang tadinya sempat "nyanyi" lagu
keroncongan, waktunya bayar! saat kawan saya sedang melakukan transaksi dengan
Kang Ramto, saat itu mata saya menatap tajam sebuah benda yang menyala-nyala
diantara makanan khas angkringan, dan nama benda itu adalah Lampu
Teplok. Sebenarnya saya sudah tau kalo lampu itu panas, tapi entah
kenapa radar logika di otak saya mati rasa saat itu, dan entah siapa yang
memerintah tangan kanan saya untuk mengulurkan jari-jari saya memegang salah
satu bagian lampu teplok yang panas membara itu. Hasil akhirnya bisa ditebak
sodara-sodara….3 jari tangan kanan saya melepuh, dan saya berteriak karena
kepanasan, dan membuat kang Ramto kaget setengah hidup!! Karena tidak tahan
rasa panas, saya memaksa untuk dikompres pake es batu… aaaahhh…. Adem…tapiiiii
yaaa Tuhaaaannn jari-jari saya melepuh dan mati rasa…
PS: maaf yaa kalo saya sok-sok gak mau jabat tangan, bukan karena masalah
kita bukan muhrim tapi tangan saya lagi melepuh huhuhu T_T
2.
nyasar
dari kota baru sampe ke bantul dan gedong kuning;
ehem…ini adalah kebodohan yang amat sangat bodoh…bisa dikatakan kalo ini
raja bodoh-lah hahahha…untuk kawan-kawan yang tinggal di Jogja pasti tau khan
kota baru itu dimana, bantul dimana, dam gedong kuning itu dimana. Itu sama
saja antara timur dan barat, bumi dan langit, utara dan selatan, sabang dan
merauke, pokoknya yang pasti rute itu amat sangat jauuuuhhh dan tidak nyambung
satu sama lain.
Saat itu hari senin, seperti biasa adalah jadwal mengajar di salah satu
tempat kursus bahasa inggris ternama di Jogja yang berlokasi di kawasan kota
baru. Hujan sangat lebat, tapi saya harus buru-buru pulang karena akan ada
rapat dengan teman-teman relawan di posko LPPM kampus sanata dharma. Nekat gak
pake jas hujan (karena emang malas bawa jas hujan yang lebih mirip sayap
kelewar dan kostum alien) saya menerobos hujan. Motor Honda blade kesayangan
saya pun melaju ditengah hujan yang benar-benar lebat sekali. Mata yang memang
sudah butuh alat bantu penglihatan saya paksa untuk tetap melihat lurus
kedepan, meski baju sudah basaaahhhh…saahhh…saaahhh…tetap gak peduli yang
penting sampe di kampus. Tiba-tiba feeling
saya kok ngasih sinyal gak enak ya?ehm nengok kiri..nengok kanan…ternyata saya
sudah nyasar di tempat yang tidak saya kenal sodara-sodara….dduuuuuhhhh
Gustiiii….saya terdampar dimana ini?? Saya lalu berhenti sebentar, lalu lihat
papan nama yang ada disalah satu toko di pinggir jalan…aarrrggghhh
tidaaakkk…ternyata saya ada di daerah gedong kuning!! Duuhhh itu lumayan jauh
dari kampus dan dari kota baru…uugghhh…saya lalu menyusuri jalan, muter balik
ke arah jalan yang tadi saya lewati, sambil meningkatkan radar navigasi di otak
saya, saya merasa yakin kalo tidak bakal salah jalan. Tenang….mengendarai motor
dengan tenang saya sampai di pertigaan jalan yang ada lampu merahnya, kepala
saya otomatis melihat ke arah papan penunjuk jalan…yaaa Tuuuhhaaannnn ini
adalah cobaan (dan juga kebodohan) yang amat sangat parah. Papan penunjuk jalan
menunjukkan kearah kiri bantul, dan kalo terus godean. Duuhhh saya amat sangat
bingung dengan hari itu…kenapa mesti nyasar di tengah hujan deras…okay saya
menyukai hujan tapi tidak suka pake acara nyasar. Saya nekat muter balik lagi,
dan pokoknya ngikutin motor yang ada didepan saya. Pokoknya ngikut dia aja
deh…akhirnya saya sampai di bundaran UGM…*sembah sujud* dan sampailah di posko
kampus dengan baju yang basah kuyuuuppp dan tampang tanda tanya dari kawan-kawan
disana. Dengan PD saya bilang kalo nyasar ke bantul…dan tau apa yang mereka
bilang….kok bego banget to Ren….biarin
yang penting tetap sampai dengan selamat walaupun telat (ehmm udah bukan telat
lagi tapi rapatnya udah selesai!!)
Pesan moral : malu bertanya, sesat dijalan…kebodohan saya adalah tidak
nanya jalan ke orang sekitar karena sok kePDan
3.
kejatuhan
dahan pohon saat angin kencang didepan panggung realino kampus sanata dharma
kejadian ini adalah kejadian yang benar-benar parah dan hampir membuat
saya terluka yang amat parah kalo tidak segera menghindar. Saat itu saya dan
beberapa orang kawan lagi bantu-bantu persiapan pentas tari bali sekar jepun,
karena sedang tidak ada yang dikerjakan saya dan seorang kawan namanya mba Ira
duduk dibawah pohon rindang dan tua yang berjejer di sepanjang lapangan
realino. Saat sedang asyik ngobrol mengenai film yang diputar oleh Q-munity dan
berdiskusi tentang kaum queer, tiba-tiba angin kencang dan petir mulai
menyambar. Tapi tetap aja kita berdua tidak mau pergi dari tempat yang sudah
diklaim PeWe (posisis wuenak). Karena
cuaca makin buruk dan kita sudah diteriakin sama teman-teman yang lagi dekor di
atas panggung supaya pindah dari situ maka kita berdua pun berdiri dan nyari
tempat baru. Saya yang baru aja berdiri tiba-tiba mendengar suara kreek dari atas kepala dan ketika saya
menengok keatas, sebuah dahan pohon yang lumayan cukup untuk membuat kepala
tidak sekedar benjol, jatuh. Tapi saya yang tidak sadar tetap berdiri
dibawahnya, hanya karena mukjizat saja mata saya kelilipan dan saya maju
beberapa langkah dari tempat saya berdiri, daaaannn seperti adegan slow motion di film made in Hollywood saya terhindar dari hantaman dahan pohon, dan
cuma melukai rahang sebelah kiri saya…memar dan luka gores di rahang saya dan
cukup membuat kawan-kawan saya khawatir…cieeee….untung aja bukan kepala gak
kebayang saya bakal jadi mumi hidup!
Pesan
moral: jangan maen-maen dengan alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar